Data Pribadi

Di smartphone—ada puluhan kalimat yang kita ketik setiap hari, ada ratusan kata yang kita sentuh setiap hurufnya pada papan tombol. Puluhan hingga ratusan umpatan pernah keluar dari tangan kita. Ada makian yang terlontar, kata-kata emosional dan keluhan yang saban hari kita ketik dengan sengaja, kata-kata yang menyakiti seseorang di kejauhan.

Lalu saya berpikir, bagaimana jika di masa depan ada seseorang yang mungil datang kepada saya; polos wajahnya, umurnya bisa dihitung dengan jari, dan matanya yang berbinar. Dia datang lalu bertanya, “Ayah, kata ini artinya apa?” atau “Ayah, kenapa menulis seperti ini di internet?”

Pernahkah kamu berpikir, bahwa tidak ada data yang benar-benar bisa dihapus?

Apa yang akan kamu lakukan jika memang ini semua sudah terjadi. Jejak digital terekam jelas di media, belum lagi terekam dari media pihak ketiga yang ikut merekam jejak kita, belum lagi ada mode fitur tangkapan layar yang dengan mudahnya bisa merekam semua aktivitas yang pernah kita kabarkan di berbagai media sosial, kemudian dibagikan lagi, lagi, dan lagi. Ada beberapa duplikat yang menyimpan baik rekam jejak kita.

Beruntunglah jika jejak Anda berisi kabar-kabar baik dan aktivitas yang positif. Bagaimana jika semua rekam jejak itu berisi umpatan-umpatan, makian, keluhan saban hari tanpa henti, dan kembali lagi kepada ketakutan awal—jika semua itu akan dilihat dan ditagih pertanyaan oleh orang-orang terdekat kita?

Bisa kita akui jika semua orang tak pernah luput untuk keinginan mengumpat. Saya pernah dan sering mengumpat perkara negara tidak melakukan fungsinya dengan baik, atau Trump juga pernah, BTP juga pernah, Rizieq juga pernah, atau mungkin Anda lebih sering mengumpat terkait perkara-perkara yang remeh?

Pola

Hampir-hampir tidak ada sekat antara smartphone dan kita; maksud saya, kita adalah segala yang tercermin di smartphone kita, dan smartphone kita adalah diri kita sesungguhnya. Saya uraikan dengan lebih sederhana: sebab ada data pribadi kita di situ!

Dimulai dari nama Anda, lokasi di mana Anda berada, tempat tinggal Anda, tempat kerja, ada data nama teman-teman, nomor kontak, galeri foto berisi wajah dan keluarga, video, surat elektronik, segala percakapan Anda di pesan, segala pita rekaman yang tersimpan baik di memori. Belum lagi ketika kita bicara tentang data yang ada di komputasi awan.

Lebih menakutkan lagi, smartphone tahu apa yang pernah kamu cari di internet, tahu apa yang kamu percakapkan, apa yang kamu inginkan di aplikasi belanja daring, fobia terhadap apa saja dirimu dan bagaimana cara mengatasinya, kapan kamu mencari solusi untuk sebuah penyakit, mereka tahu kamu pernah traveling di mana saja, memesan makanan apa saja, kamu doyan dan tidak doyan terhadap makanan apa saja, seberapa kuat ketahanan keuanganmu untuk membayar. Bayangkan, semua ini terekam dengan begitu mudahnya yang dikerjakan oleh machine learning! 

Setelah “mereka” tahu betul apa yang kamu ketik, cari, cakapkan di internet. Selanjutnya adalah data itu akan membentuk sebuah pola seperti apa dirimu; mesin telah mengerti dan memprediksi bagaimana kepribadianmu. Selanjutnya lagi adalah pertanyaan menakutkan lagi, berapa persen sih kemungkinan sebuah sistem melakukan kesalahan? Berapa persen kemungkinan sistem bisa dibohongi? Berapa persen kemungkinan sistem tidak tahu tentang siapa dirimu?

Semua memiliki jawaban yang sama: nol koma nol sekian.

Saya harus mengatakan ini meski nantinya Anda tidak suka terhadap faktanya, bahwa tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini.

Jika Anda menggunakan sebuah platform secara gratis, bahwa itu sesungguhnya tidak benar-benar gratis, bahwa itu sesungguhnya bukan Anda yang membayar. Sebab, Andalah yang sedang dijual.

Hasil dari Menambang

Jika kalian pernah menemui sebuah iklan di timeline-instastory Instagram misalnya, dengan memunculkan sebuah produk sepatu, ataukah itu mobil keluaran terbaru, atau sebuah villa mewah di Bali. Itu bukan secara tidak sengaja pihak Instagram memunculkan itu, tapi ini adalah hasil dari data-data yang sengaja dikumpul dari kepribadian kamu dan hasilnya juga untuk kamu sendiri. Dan mesinlah yang mengerjakan itu semua, dan sekali lagi, hingga hanya ada kemungkinan kecil hasilnya tidak akurat.

Jenis model iklan hasil mencuri “menambang data pribadi” inilah yang terbilang cukup efektif. Di mana ada seseorang pertama, kemudian seseorang kedua, kemudian seseorang ketiga; mereka akan menikmati iklan yang berbeda-beda di setiap timeline, meski menggunakan aplikasi yang sama yaitu Instagram.

Sebab memang benar, setiap seseorang akan membentuk sebuah pola dan kepribadian yang berbeda dengan seseorang yang lain. Mereka mengetik, berbicara di microphone, mencari sesuatu di google, yang setiap individunya memiliki kepentingan yang berbeda. Tapi nasib mereka—juga kita—adalah sama: data kita berhasil ter/dicuri. Dan kita tidak bisa lagi protes ketika sudah terjadi kesepakatan di awal untuk menandatangani term and conditions.

Google tahu apa yang pernah kita simpan. Mereka mengarsipkan data-data apa saja yang pernah kita buka, cari, telusuri, lihat, suka dan tidak suka. Mereka menyimpan itu semua. Dari hal yang bahagia, duka, hingga aib—secara terbuka. Foto-foto beberapa tahun silam. Tersimpan rapi di arsip data.

Anda tidak percaya? Sila buka: https://www.google.com/takeout

Ini hanya kisah kecil dari sebuah iceberg. Lebih dari itu, Google juga tahu di mana Anda sekarang dan berapa lama Anda di sana. Google tahu segalanya.

Sebetulnya saya ingin memberitahu Anda tentang banyak hal yang lebih gila, tapi sementara ini saja sudah cukup. 

Tanpa Batas

Satu hal yang paling saya takutkan adalah ketika tidak adanya batasan privasi di masa depan. Di mana orang-orang bisa melihat pola kepribadian orang lain dengan mudah. Orang yang satu bisa menafsirkan orang lain bahwa orang ini adalah cerdas, rajin, suka membagi hal positif untuk semua orang; atau menafsirkan orang ini pemalas, suka mengeluh, tidak ada kerjaan lain selain memaki rekan kerja, atasan, dan perusahaan di mana tempat mereka dihidupi.

Bagaimana nasibmu jika atasan, konsumen, klien, rekan kerja, pesaing bisnis, bisa menembus semua data pribadimu?

Saya hanya bisa berpesan, gunakan internet sebaik mungkin.

Tidak ada komentar: