Aku Putuskan untuk Berhenti Berlari

Masih banyak perihal yang lebih baik untuk kukejar dan kukerjakan: membangun rumah pohon, menyirami bunga, belajar piano, memainkan sexophone, membangun perpustakaan, atau menulis hal-hal yang pernah aku mimpikan ketika sekolah dasar. Sungguh, tak ada yang lebih bodoh membayangkan tokoh fiksi pada film-film favorit kita.

Dunia tak pernah nyata. Kartun adalah imajinasi yang menyelami kita pada rusa terbang, binatang berbicara, atau bintang-bintang yang menjatuhkan diri tiba-tiba. Mata kita tenang, kaki kita menari-nari pada keriangan. Tapi, kau tak tahu—memang, kadang-kadang, ada suatu hal yang tak perlu diceritakan, lalu ada air mata yang meluap kemudian.

Aku lebih ingin tak mengenal kau. Sungguh, tak ada yang baik dari semua yang dipaksakan. Tak ada yang lebih baik dari semua yang aku lakukan: menunggui sesuatu yang tak mungkin ditemui.

Trem melengking dari arah jam tiga. Tak ada tanda-tanda. Orang-orang mengemas diri mereka seperlunya. Bangku kosong. Matahari jatuh pada garis lengkung yang jauh, yang tak pernah kita sentuh. Dan aku masih di situ. Tak ada yang benar-benar aku tunggu.

Sekarang, kita bisa berpulang—dari semua yang telah berpaling.


Januari 2019

Tidak ada komentar: